Naskah JAVANESIA




Instrument tari pembuka

Adegan 1
Instrument 1
(Manusia masuk dengan menari ketika diiringi instrument kemanusiaan)
Monolog manusia :
Akulah manusia
Makhluk sempurna dari alam semesta
Pengatur dan penyeimbang
Kehidupan di alam tempatku berpijak
Makhluk yang ber-akal
Yang mampu berfikir, memperhitungkan, serta mempertimbangkan
Namun ketika aku dilahirkan ditanahku
Sangkaan yang ditanam kepadaku
Justru memberi kutukan pada akal
Kini siapa aku?
Dari mana asalku?
Mau kemana aku?

(Masuklah jawa diiringi instrument jawa dengan langkah gemulai khas jawa)
Monolog Jawa :
Minangka purwakaning atur,
Pangandika menika naming dhapur,
Ndudah,saha ngronce mutiara ingkang kapendhem
Melik ngendong lali,
Tansa eling iku pancen ora gampang
Awit wong urip iku akeh godhane
Amarga kadereng nafsu lan pepenginan
Manungsa iku banjur lali
Ora nengenake tindak kang becik
Malah tumindak ala,
Bab sing kaya mangkunu mau sok kaanggep lumrah
Ing atase titah sing jenenge manungsa
Gebyaring donya iku kebak pangiming-iming
Akeh banget kapinginane manungsa sing jaluk di turuti
Manungsa tansah ngelak kepingin ngombe
Kanikmatan sing menawa dituruti ora ana watese
Serakah lan angkara murka

Sabegja-begjane kang lali isih begja kang eling lan waspada
Wadah kawawasan luwih wigati ketimbang isine

(masuklah Indonesia diiringi Indonesia pusaka dengan langkah tegap khas Indonesia)
Monolog Indonesia :
Telah aku wariskan Sang Saka
Merah putih pusaka bangsa
Dari medan laga darah pun telah tertumpah
Korbankan nyawa Ikhlas dan rela
Telah aku wariskan Sang Rajawali
Garuda perkasa nan perwira
 Dari medan juang Jiwa pun telah perlaya
Korbankan jiwa Demi bangsa merdeka
Wahai kaum muda pewaris bangsa
 Jaga, jagalah dan camkanlah
 Janganlah sampai Pusaka bangsa sirna
Luka, robek, pecah terkoyak , Penuh luka dan mati
Dan, Pancasila jadikanlah pemersatu bangsamu
Bangsa Indonesia yang harus tetap lestari nan jaya
Di persada bumi Nusantara
(sosok manusia masuk kedalam kurungan dan ditatap sinis seolah sama2 menarik untuk mengajak baik Indonesia maupun jawa)

Narator :          Keterasingan pemikiran manusia yang lepas dari idealisnya,
                        membuka indranya menuju sebuah pengasingan ditanahnya yang dualis
entah ia mau ikut siapa….indonesia atau jawa
ingin ia tegakkan bendera merah putihnya
namun kesombongan menurut jawa
ingin ia budayakan bahasa jawanya
namun bahasa nasional adalah Indonesia
ia terkurung dalam ruang tipuan
yang ia ciptakan sendiri dari pemikiran
terkurung dan dijaga ketat
oleh dualis dan kebimbangan
antara 2 kebudayaan besar di 1 tanah yang ia pijak
keterasingan diri oleh keakuannya
tak kuasa nurani mengangkat kata
tak sanggup logika berucap sangka
tak kuat jasad meratap gerak
hanya mengingat segala yang telah terucap
Adegan 2
Instrument 2
(masuklah 2 manusia yang 1 muda dan yang 1 tua)
Setya :             ku titipkan jawa kepadamu le! Jaga darah kita, adat, kejawen, budaya,filosofi, serta kearifan local…! Sampai ketemu jika Indonesia telah bubar atau memang benar sudah berdiri.
Dwi :               jawa tetap kutegakkan meski tak pernah ku tinggalkan Indonesiaku, Indonesia adalah ayahku dan Jawa adalah Ibuku.
Setya:             mending Indonesia ndang bubar!
Dwi :               Tidak, biarlah aku hidup dengan kedua orang tuaku! Bagaimanapun aku akan yatim tanpa Indonesia
Setya :                         memang Indonesia itu ada? kapan berdirinya?
Dwi :               ketika aku lahir Indonesia udah lahir…. Cukup bersyair mengikuti aliran air entah dimana ujungnya adalah misteri yang kan dijawab oleh sejarah!
Setya :             jadi Kelahiran parameter kehidupan?,
Dwi :               Jauh mikir kebelakang hanya bikin salah jalan, pikir jauh kedepan saja biar terusaha lebih maju.
 Setya :            sek…kira-kira bener analisaku le….ternyata kaum intelektual sudah dikendalikan oleh sesuatu yang kira-kira sudah di setting untuk semakin tidak mengenali diri kita…. coba telusuri apa kemauan Indonesia dan tujuannya!?? 
Telusuri dulu 17 Agustus 1945 itu Hari lahir, Kedaulatan, atau Proklamasi ?
Dwi :               memang kenapa?
Setya :             Cari dan fikirlah sendiri !
Dwi :               haruskah aku tetap menggali sejarah sementara manusia lain membuat tangga untuk menatap lebih luas?
Setya :                         mamayu hayuning bawana! Dan 1 lagi lambing dan bendera Indonesiamu!
Dwi :               ada apa dengan pancasila dan merah putihku?
Setya :             kenapa warna keberanian berada di atas warna kesucian? Dan kenapa Bhineka tunggal ika bukan di junjung namun di cengkiwing di kaki garuda? Bukankah itu bentuk kesalahan awal yang tak pernah kau fikirkan?
Dwi :               tapi …. Bukankah jawa yang memberikan contoh bahwa garuda dan merah-putih adalah pusaka nusantara?
Setya :             hahahaha…. di Jawa, Garuda memang istimewa  karena, Garuda sebagai pemelihara dan penjaga tatanan alam semesta,  Dan warna merah-putih memang warna panji pada kerajaan majapahit bahkan Kediri yang keduanya berpusat di jawa! Sudah semakin jelas bukan?  Indonesia mengadopsi kejawaan… tanyakan pada indonesiamu tentang bhineka dan kaedah tumpukan warna benderamu!
Dwi :               baiklah Indonesia memang berguru pada jawa, namun guru akan berusaha agar muridnya dapat melebihi dirinya…
Setya :             bukan masalah asal Indonesia tahu diri….bagaimanpun Jawa tetap terjajah oleh Indonesia sendiri… ingatkan indonesiamu…jangan lupakan Jawa yang telah mengandungnya….jangan kikis kebudayaannya…tetap lestarikan dan jaga kedaulatannya…
Dwi :               jangan salah sangka bahwa aku meninggalkan jawaku…aku tetaplah pemuda Jawa…dan aku tetaplah pemuda Indonesia…
Instrument 3
Setya :             jika memang demikian…jadilah pemuda  jawa-indonesia, bukan lagi dualis jawa dan Indonesia tetapi perpaduan yang selaras dan seimbang antara Indonesia dan jawa… akulturasi dan asimilasi yang tertata pada nuranimu…jadilah JAVANESIA
Dwi:                iya, JAVANESIA….jawa-indonesia
(keduanya tersenyumdan keluar dari panggung)




Adegan 3
Instrument dialog tritunggal
Narator:           terjadi gejolak tritunggal antara nurani, akal dan raga yang membelenggu dalam diri manusia. Kesombongan akal....kejujuran nurani...dan ketulusan raga....dengan bayang2 langkah bijaksana yang akan manusia putuskan....keempatnya haruslah sejalan dan mufakat   
Raga:               aku hanyalah aku
Aku hanyalah suatu wadah
Aku hanyalah bibit yang belum ditanam
Aku tak menghakimi dengan nurani
Akulah raga
Akal:               Kau tetap kau
ku beri engkau misteri
ku beri engkau nilai
ku hakimi engkau dengan tulisanku
akulah akal
rasa:                 aku bukanlah engkau
aku ada tapi kosong
aku berbuat tapi diam
aku menghakimi dalam aku
akulah rasa
all:                   Kami adalah aku, kau dan dia
Kami satu namun berpisah
Kami satu tetapi lebih
Kami tidak pasti syarat
Kita bukan lagi kami
Kita ada tapi bisu
Kita syarat untuk kepastian
Kita nyata tetapi maya
Bijak:               Kalian bukan kami ataupun kita
Kalian ada dalam aku
Kalian jalan dan penghakiman
kita tri tunggal dalam satu aku
akal:                 omong kosong....
raga:                tak ada omong kosong dalam kita
rasa:                 engkau terlalu melekati tulisanmu
akal:                 Asu..... aku sumber pengetahuan manusia... semua yang terketahui aku simpan sebagai bekal perjalanan hidupnya... akulah anugrah dari hyang esa untuk manusia
rasa:                 tidak.....engkau masih ambigu antara kutukan atau anugrah
raga:                sudah sudah....tataplah manusia ini. engkau akal dan engkau rasa..langkahkan aku tanpa ada perselisihan antara kalian...
akal:                 diamlah hai raga...tak usah ikut dalam perdebatan kami...cukuplah engkau menjalankan keputusan dari kami
rasa:                 logikamu terlalu tinggi jika bukan aku yang membatasi... sudahlah kita akhiri ini, sang manusia bimbang karena kita...
akal:                 bukan karena kita... tapi engkau yang membatasi logikanya dengan perasaan yang kau munculkan.. engkau tak bisa berfikir hanya bisa merasa....
rasa:                 engkaupun demikian hanya dapat berfikir tanpa punya rasa
raga:                aku raga yang tak mampu berfikir dan merasa namun akulah tampak berfikir dan merasalah kalian bahwa aku pedang sekaligus tameng kalian.....
bijak:               cukup kalian bertiga....kalian adalah tritunggal dalam diri manusia....bersatulah! sbab tanpa keseimbangan, tritunggal bukanlah tritunggal....kalian bertiga butuh kebijaksanaan dalam berfikir, ber-rasa, maupun berlangkah.....bijaksanalah masuklah lebih dalam untuk melekati kekinian rasamu, kekinian pikirmu, dan kekinian langkahmu....
akal:                 ach....kau ini sama saja...tak akan ada kebijaksanan tanpa aku sang akal yeng berfikir dengan cerdas
rasa:                 pikiran tak akan bijaksana jika tanpa diiringi nurani....
raga:                tanpa bergeraknya aku maka kebijaksanaan itu juga tak mungkin terjalankan...
bijak:               sudah tersimpulkan dan tersepakati oleh kalian bertiga bahwa tak mungkin bila kalian berjalan sendiri-sendiri... kalian saling membutuhkan...saling melengkapi karena kalian tiga insan dalam satu kesatuan yaitu keakuan manusia...berjabatlah kalian bertiga dan masuklah dalam bayang diriku agar manusia mampu bijaksana dalam melangkah, berfikir, maupun merasa....sambutlah 1 keputusan mufakat kalian tanpa pemberontakan yang sakit untuk salah satu dari kalian....
(akal,rasa,dan raga mendekat dan menyatu dalam bijak hingga muncullah 1 keputusan untuk bangkitnya manusia dari kurungan dilema)
Instrument 4
(manusia membuka kurungannya dan keluar dari kurungannya dan dengan yakin dan bersemangat mengoarkan Javanesia)

Monolog Manusia :
Akulah manusia
Menjadi diri sendiri ditanah JAVANESIA
ketika jawa menjadi ibuku 
ketika indonesia menjadi ayahku
ibuku punya adat 
ayahku punya aturan
ibukulah pusat raya
ayahkulah penguasa raya
ibuku lemah lembut 
ayahku keras dan mengikat
namun sayang kodrat ibuku...
haruslah patuh terhadap ayahku...
bagaimanapun itu
tetap kuhormati ayahku sebagai ayah
tetap kuhormati ibuku sebagai ibu
ku ingatkan ibuku tetaplah menjadi jawa
tak perlu meleburkan diri tuk menyatu
iya.... tetaplah menjadi sang Jawa..
yakinlah ayah tak akan menceraikanmu...
ku ingatkan ayahku tetaplah merdeka
tak perlu memaksa untuk sama
iya....tetaplah menjadi sang Indonesia
yakinlah ibu tak akan berpaling darimu...




Adegan 4
Instrument menggelegar
Indonesia dan jawa tampak meraut wajah dengan pernyataan manusia. Mereka masih belum terima dan berdialoglah Indonesia dan jawa dalam perdebatan panjang
Indonesia        : tidakkah engkau faham dengan keberadaaanmu wahai jawa??
Jawa                : Iyo, aku ngerti dening awakku, nanging opo ngerti awakmu dening pangertenanmu ? kowe ono amarga aku,…. Amarga sadulurku sing nyatu dadi kowe Indonesia
Indonesia        : telah engkau fahami itu, maka kesepakatanmulah yang aku prinsipi bahwa aku adalah keputusanmu, aku adalah pilihanmu, maka layakkanlah pilihanmu untuk menjadi daulat diatas mufakat ini
Jawa                : nanging sadaro kowe dene tutrmu, tulisanmu, sarta cara mikirmu, elingo pepodo karo titik sakdurunge onone garis kang menehi gambar yaiku kowe
Indonesia        : haruskah aku yang telah merdeka ini tetap menjadi boneka dan hanya sekedar legalitas dari keputusanmu? Aku punya hak dan kuasa serta wewenang bahkan sekaligus kwajiban untuk menseragamkan keberagaman kalian! Terutama engkau wahai jawaku
Jawa                : nanging elingo, ojo nglalekake adat lan budaya kang ngoyot ing lemah kahanan sing mok idek sabendinane, dudu sopo!, nanging lemah kang kok idek sing panyuwun ugi tetep kaakui kaluhurane! Eling yaiku ukara kang tepak kanggomu
Indonesia        : engkau besar sebelum aku, engkau viruskan kebesaranmu padaku, jadikanlah aku ke esaan dari keberagamanmu, berkembanglah… karena engkau telanjang tanpa perkembangan jaman! Jangan munafik terhadap perkembangan yang membuatmu terbenam, sadar atau tidak itulah egomu yang tak pernah hilang
Jawa                : ajaken manungsa ngembang, ning… tata cara urip kang kelakon dening menungsa, sarta kepribaden asli jawa ojo mok gadai karo tata cara urip  cangkoan! amarga winih tetep luwih apik tinimbang cangkoan!
Indonesia        : itu yang ku ingini namun manusiamulah yang terlalu membuka mata untuk berpaling dari keasliannya
Jawa                :ngertio…ojo tansah ngadu manungsa sing gur melu kahananmu, sadarono sadarmu dening manungsamu ngiblat dene awakmu
Indonesia        : maka dapatlah engkau bersamaku, bersatu dalam persatuan untuk adat dan budayamu serta kepribadian asli yang engkau punya tak semakin terkikis oleh perkembanganku!
Jawa                : aku tetep kaya awakku biyen, amarga aku wis sampurno! merga nyinauni aku podo dene nyinauni manunggal dening Gustimu, nyinauni kepriye Tuhanmu, lan nyinauni sak piro duwure langit. Nanging ojo nyangka aku brahala lan kasejatene urip, merga jawa iku kepercayan kang kahanane syarat dening kabudayan luhur!
Indonesia        : biarlah manusia menjadi titik pada garis yang kita buat untuk mereka. Tak perlu di paksakan bahwa ia jawa ataupun Indonesia, ia ada di Indonesia meski lahir di tanah jawa, ia ada di jawa meski ia warga Indonesia! Adilkan dirinya sebagai manusia Javanesia (memegang pundak manusia)
Jawa                : iya, Javanesia…..manungsa jawa Indonesia(memegang sisi pundak lain dari manusia) … pangadilan dening jawa lan Indonesia!!!!(mengangkat manusia untuk berdiri sebagai JAVANESIA




Komentar

Postingan Populer