Naskah KELAHIRAN



Pembukaan : 

( Instrument I )
Tari sebagai tanda pembukaan teater

Narasi 1 :
Kotak kotak semu berjejer, bercermin masing masing kepribadian berlatar belakang kebaikan. Pintu pintunya terbuka, mempersilahkan para pembawa kebenaran. Tak berjendela, pengap. Sesak akan segala filsafat yang tidak berfungsi. Tak bermakna meski bercerita kehidupan. Kau tahu mengapa ?? Karena satu kotak berisi seribu kebaikan, tak satupun keburukan. Dan seluar biasa  baikmu tak kan bermakna dihadapku. Aku berdiri tegar memikul segala keburukan. Menantangmu hai pembawa kebenaran !!!

Adegan 1. Pertemuan dan Intim:

( Instrument II )
penari wanita muncul dan menari beberapa saat, disusul penari laki laki muncul dan menari bersama.

( Instrument III )
Menari bercerita sebuah intim yang romantik.

Adegan 2. Kesedihan :

( Instrument IV )
Pemeran laki laki meninggalkan pemeran wanita.
Sang wanita sedih karena dia telah hamil sedangkan sang lelaki pergi entah kemana.




Narasi II :
(instrument mirah ingsun)

Aku kembali menciumi tanahmu
Berbau usang dan terasa anyir
Lembabnya menyelimuti hatiku
Dingin bercampur hangat air mataku
Sesak dadaku
Dulu angin itu senantiasa menemaniku
Mengawinkan langkahku dengan sepoiannya
Melahirkanmu hai jabangku
Engkau tahu nak ?
Aku tak bisa bernafas tanpanya
Aku sendiri .. Menanti tangismu
Yang entah, kan aku dengar atau tak nantinya
Lantas pada siapa aku mengadu ?
Tuhanmukah yang telah menyempurnakanmu ?!
Atau Bapakmu kah yang meninggalkanku dan jabangku ?!
Aku lelah ...

-      monolog sang ibu
Inilah aku yg bukan aku
Ayah yg sekaligus ibu
Mengemban amanah untuk jabangku
Jabang yg berupa sangkaan
Jabang yg berupa impian
Aku belum mati
Aku hidup bersama sang jabang
Yg akan terlahir sebagai kebimbangan
Kebimbangan yg melegenda
Hingga saat muncul pelangi tanpa warna
Aku  tetap mendampinginya
Hingga sang warna hadir padanya
Aku tak sendiri
Karena jabangku hadir bersama sedulurnya
Bahkan iblis dan malaikat pun ikut mendampinginya
Aku tak akan bersedih
Tapi jangan berfikir aku bersuka
Biarlah alam yg menjadi mata dan telinga.

Narasi III
( instrument )
-      munculnya Panengen dan Pangiwa
(keluar berdampingan meski bertolak belakang dan tak pernah bertatap)
Akulah mata dari segala mata
Akulah matahari yang menatap ketika terang
Akulah rembulan yang menatap ketika gelap
Ku amati engkau dan ku awasi engkau
Kala nafasmu berhembus
Saat kau dalam proses
Maupun saat engkau dilahirkan
Bahkan setiap langkah yang kau lakukan
Semua tak lepas dari pengawasan ku
Akulah panengen dan pangiwa
Pengawal dan pengawas
setiap langkah - langkah kehidupanmu

Adegan 3.
Percakapan Panengen dan Pangiwa :
Panengen    : Lantas bagaimana kehidupan si jabang itu kelak ? Jika dalam
                     kandungan saja ia sudah sendiri ?
Pangiwa      : Engkau tidak percaya dengan kekuatan ketulusan ? Bukankah                                sang ibu telah mengucap janji akan menjaga dan merawatnya !
Panengen    : Mampukah ia sendiri memangkunya ?
Pangiwa      : Bukankah terselip kekuatan di setiap janji .
Panengen    : Kehidupan bukan semudah yang kau katakan ! Tak perlulah ia                                dilahirkan jika kehidupannya penuh sangkaan .
Pangiwa      : Sudah cukup sakitkah kepercayaanmu ? Hingga kau saja tak lagi                           percaya dengan kemampuannya,lantas bagaimana ia yang penuh
  sangkaan ?
Panengen    : Aku mengatakan apa yang memang ingin ku katakan, dan semua       
                      yang ku katakan berdasarkan kekinian kehidupannya !
Pangiwa      : Dia belum menjalani kehidupannya, bahkan ia sendiripun belum                                dilahirkan .
Panengen    : Ia hidup oleh sangkaan, oleh perintah yang mutlak . sanggupkah ia               menjalani kehidupannya ?
Pangiwa      : Seperti apapun ia kelak , biarkan sedulurnya mendampingi dan                               iblis yang melayakkannya untuk lahir .Kita hanya perlu                                           menjemputnya ketika ia telah lahir .


Kemunculan sedulur papat :

( Instrument VI )
I : muncul sosok ketulusan :

monolog      : Dentum pertama adalah aku. penyulut pertama dari sang maha kebenaran, aku adalah awal kehidupan, nafasku kepercayaan, akulah inti kehidupan, Sebut aku ketulusan

( Instrument VII )
II : muncul sosok kesombongan

monolog      : Tidak ada yang paling berani kecuali aku. Semua akan tunduk jika aku tlah berbicara .Semua akan lemah, bahkan kehidupan dan alam sekalipun . Semua dapat aku lipat dengan kemampuanku. Akulah api kehidupan Bara setiap kejadian . Sebut aku kesombongan

( Instrument VIII )
III : muncul sosok kejujuran

monolog      : Aku pendorong setiap kebenaran . Langkahku merupakan ayunan setiap kebenaran . Aku hidup dan bernafas dengan kata hati . Akulah kapak pemangkas tikungan penghianatan . Sebut aku kejujuran

( Instrument IX )
IV : muncul sosok kebijaksanaan

monolog      : Aku hadir ditengah-tengah kehidupan. aku hidup dalam keindahan, tak ada yang ku bela selain kebaikan, aku setia pada segala sesuatu yang berujung pada kedamaian, aku tanggalkan setiap kebimbangan, Sebut aku kebijaksanaan

Adegan 4. Dialog Sedulur papat :

( Instrument X )
Setelah keempat seduluran (Tulus, Sombong, Jujur, Bijaksana) memperkenalkan diri dan berkumpul, terjadilah dialog diantara mereka dan bertambah kemunculan satu pemeran yakni iblis. Musik berganti musik suasana dialog.
Dialog :
Iblis             : Haaii kalian berempat, apakah kalian tahu kalian itu siapa? Saat                              berjalan saja kalian masih memerlukan dampinganq..
Jujur            : Aku kejujuran…!!
Sombong     : siapa yang tidak tahu aku… aku kesombongan…!!
Bijaksana     : aku kebijaksanaan..!!
Iblis             : hahahaha….. lantas jabang itu siapa? Jelmaan siapa?
Ju,so, bi      : aku..aku..
Iblis             : hahahahahA…..!!! (keluar panggung)
Sombong     : kalian tahu sendiri, di sini aku yang paling kuat, aku yang paling                             cantik, cerdas dan menarik.. kalian harusnya menurut dengan apa                          yang kukatakan.
Bijaksana     : atas dasar apa? disini aku juga paling bijak, kenapa tidak aku saja                          yang menjadi pemimpin kalian untuk mewakili sifat jabang yang                              akan dilahirkan ini.
Jujur            : kenapa tidak aku juga? Toh aku membawa sikap jujur biarlah aku                           yang menjelma jadi jabang ini.
Iblis             : hahahahahaha…. Ayooooo terus rame… hahahaha (di balik layar)
Sombong     : sudahlah.. di sini aku yang tinggal lebih lama, aku yang lebih tua                            dari kalian. Aku juga terdepan.
Bijaksana     : sebentar, sang hyang tunggal menempatkan kita berempat                                     disini pasti dengan tujuan.. mari kita mencari jalan sepakat saja.
Jujur            : iya.. walau wujud kita berbeda toh sang hyang tunggal mencipta                             kita dari hal yang sama kan… kita di ciptakan dari cahaya.
Bijaksana     : ternyata kita sudah tertipu keadaan.. kita memperdebatkan                                     sesuatu yang sebenarnya sama.
Sombong     : Lantas kalau kita semua cahaya, kenapa kita harus di tempatkan di               jabang ini? untuk apa?
Bijaksana     : kita berempat adalah wujud cahaya, dan jabang ini adalah                                       perwujudan dari cahaya ini..
Tulus           : seperti fungsi cahaya, nanti jabang  harus memahami bahwa                        cahaya itu harus mampu menembus kedalam ruang tipuan yang                               telah ia atau kalian ciptakan sendiri. Diri jabang dan kita hanyalah                               pakaian pakaian yang keindahannya justru hanya akan                                         mendatangkan samarnya cahaya.
Iblis             : hahahaha.. omonganmu suu..asu..hahaha (di blakang panggung).
                     (sambil memasuki panggung) terus mau di apakan jabang ini? Mau               dilahirkan ke dunia? Kapan?
Bijaksana     : iya, nanti pada saatnya.. jika dia sudah siap.
Iblis             : siap untuk??
Bijaksana     : untuk sadar akan hidup sejati.
Iblis             : kalau hanya untuk hidup, kenapa harus melalui kelahiran?
Tulus           : iya, karena kematian itu ada. jabang ini harus belajar, bahwa                         kelahiran dan kematian itu ada, dan adanya sangatlah dekat..                          sedekat sebuah kebaikan yang dibalas dengan sebuah sangkaan.                        Dan itulah kehidupan.
                     (iblis mendekat kepada kejujuran)
Jujur            : apa ? kalau begitu kehidupan hanya penuh dengan sangkaan?                                Penuh dengan penghianatan? Jika jabang ini dilahirkan dengan                               membawa kejujuran, apa kalian tega melihat saat ia diasingkan                       dari keramaian?, ditikam sepi dan di jerat begitu banyak siksa?
                     inikah yang kalian sebut dengan belajar? (menangis) :D :D
Bijaksana     : seperti halnya mata, cahaya hanya akan menyiksa jika mata hanya               terbiasa dalam kegelapan dan senang bersembunyi untuk                                         berpaling.. Tidak akan ada alasan siksa jika itu untuk           
                      kebaikan.(iblis mendekat kepada sombong)
Sombog       : halaaahh…!! kebaikan itu hanya omong kosong. Kebaikan hanya                            akan menjadi hal yang paling bodoh, dungu, menjijikkan dan                                   percuma.
Bijaksana     : iya, jika cakrawala pengelihatanmu hanya dipenuhi dan didasari                              keuntungan dan kepentingan belaka.
Sombong     : kehidupan itu butuh tujuan..kebaikan itu hanya ada bagi mereka                              yang tak punya tujuan. Setiap tujuan menciptakan kepentingan dan               setiap kepentingan memotong kebaikan.
Bijaksana     : jika kau mau melihat kebaikan yang sejati, pandangilah dirimu.                               Kebaikan adalah bagian keserakahan dan kejahatan dari dirimu                              yang belum engkau taklukkan.
Iblis             : hahahaha…ayo teruuusss…. Kalau di kehidupan sana ada                                      ahlussunnah disini ada ahlu kerah…ayooo kerahh                                                   manehh….hahahahaha…..
Jujur            : sudah.. diam..!! sudah.. jangan lagi engkau berhianat.. jangan seret              kami dalam tipudayamu,,jangan lagi menjadi hianat di antara kami.
Iblis             : apa??? Hianat kamu bilang??  jabang ini akan terlahir sungsang 
                      kan? bukankah sungsang juga merupakan bentuk penghianatan
                      terhadap keadaan?
Tulus           : Tidak.. sungsang itu merupakan kesetiaan, setia terhadap proses                           dan kepastian.

( suara lonceng )“hari pertengahan di bulan pertengahan yang telah hampir tiba, segera merapat dan berjabat saudara yang empat
Iblis             : ingat, di hari pertengahan bulan pertengahan yang sekian lama                               kalian nanti akan segera tiba.. disana ada wujud yang telah kalian                           ramu dan kalian bentuk . sadarlah itu hanyalah bagian dari                                        gagasan dan sangkaan belaka.
Bijaksana     : Mungkin memang benar kami yang empat ini, yang akan segera                             menjelma menjadi jabang yang segera lahir ini, hanyalah sebuah                            sangkaan. akan tetapi jangan kau lupa pula, sangkaan merupakan                            kesejatian yang belum terkelupas kulitnya saja.
                     Dan kau juga perlu ingat, jangan disangka bahwa ia juga bukan                              bagian dari dirimu.
Iblis             : hehehehehe Diam-diam aku mulai suka dengan gaya bicaramu,                              nampaknya engkau telah menjadi kebaikan dan kebenaran yang                             utuh. Tapi ingat, aku tetaplah iblis .dan ingat sumpah serapah ku                              .hahahahahaha .
Adegan 5.

( Instrument titi kala mangsa )
“Wahai sedulur papat;
engkau yang mewakili ketulusan, engkau harus tetap mampu memangku ketiga saudaramu, merangkul dan meletakkan ketiganya dalam dasarmu karena engkaulah ketulusan.
engkau yang mewakili kesombongan, engkau harus tetap mampu membesarkan hatinya membimbing jiwa jabang ini. jangan sampai kelak jabang ini memiliki sikap penakut dan rendah diri.
engkau yang mewakili kejujuran, hidupkanlah dan jaga nurani jabang ini hingga apa yang ia katakan sesuai dengan kata hatinya.
engkau yang mewakili kebijaksanaan, kearifan dan kemuliaan jabang ini adalah tanggung jawabmu.. ajarkan kepada dia bagaimana cara melihat dan membaca kehidupan agar kelak tidak mudah ditumbangkan oleh kesombongan dan ditipu oleh wajah dunia yang semu.

wahai  jabang; engkau  yang akan menaungi keempat sedulurmu … !!!
Jangan pernah merasa aman dengan dirimu karena empat penjagamu.
Jangan pernah merasa mapan dengan hidupmu karena empat saudaramu hidup bersamamu. 
empat saudaramu bisa menjadi tulang keutamaan kekuatanmu.
Tapi empat sedulurmu juga bisa dengan tiba-tiba melemahkan, menyeret hingga menjatuhkanmu ke dalam tikungan-tikungan kenistaan.
engkau bisa celaka dan mulia karena mereka..
Ingatlah pancermu, ingatlah dirimu..
Wahai dunia; jangan benci diriku.. Aku yang tampak sebagai gagasan yang jahat dan menipu itu karena aku tunduk terhadap penciptaku.
Aku setia terhadap setiap garis dari penguasaku.. iya, Dialah sang maha segalanya…”



Komentar

Postingan Populer