Naskah Tresnophobia


Pembuka : tarian belek dan mongos (narasi review jabang sungsang dan javanesia)
Instrument tari belek & mongos dilanjutkan instriument 1 (anyam anyaman anyam)
tari dewa bulan dan dewi matahari yang menceritakan perpisahan karena perbedaan masa mentari ketika terang dan bulan ketika gelap.

Kotak-kotak masih berjajar
Diteras-teras perapian dunia
Tak berjendela dan tak berpintu
Menantikan engkau pembawa perubahan
Yang berani merubah segala konsep kepastian manusia
Yang mampu memberikan kesadaran akan keterbatasan tafsir manusia
Manusia yang telah mengenal cinta jauh lebih jauh
Mengenal keindahan cinta tak sekedar kata indah
Dialah perubah karena dilemanya....
Bukan sedikitpun darinya adalah nabi
Bukan sedikitpun darinya adalah tokoh besar
Ia manusia dari teras yang terpinggirkan
Terlapis oleh balutan luka yang memberinya tawa
Terhempas oleh senyuman yang membuatnya bangga
Ia sekedar manusia namun manusia yang sebenarnya manusia
Bukan sekedar berwujud manusia
Dialog Dewa-dewi (adegan kemesraan)
Dewi    : Adakah istilah yang mewakili cinta di atas cinta wahai sayangku??? Sbab yang kusrasa jauh dari sekedar kata cinta
Dewa   :  Cinta memang luas, cinta memang indah, dan cinta mewakili keindahan yang begitu luas itu sendiri
Dewi    :  Aku tak mau bersimpang denganmu tiap hari wahai bulanku
Dewa   :  kita tak terpisahkan oleh Tuhan duhai cinta...sbab tuhan yang persatukan kita duhai mentariku
Dewi    :  Biarlah kita berlalu sesuai kodrat alam
Dewa   :  Biarlah takdir alam memprtemukan dan memisahkan kita
(adegan intim dan alam gelap seketika kemudian dewi memutuskan untuk menjauh dari dewa namun tetap memendam rasa cintanya)
Dewi    :  Aku tak mau dunia gelap karena cinta kita
Dewa   :  Setidaknya senja menjadi persimpangan sekejap perjumpaan kita
Dewi    :  Gerhana jelaga Semesta adalah keranacumbuan kita wahai kekasih
Dewa   :  Tegakah alam memisah cinta yang suci ini???
Dewi    :  tetaplah menjadi bulan yang takpernah menampakkan wajah sama tiap harinya, dan aku kan tetap menjadi mentari yang menerangi tanpa membakar
Dewa   :  tak rela aku melepas kisah mesra ini, meski alam tak merestui sbab perbedaan kontras kita...namun alam harus tahu bahwa cinta datang dari sang pencipta..
Dewi    :  Ingatlah gerhana wahai kakanda, ia lahir oleh cumbu mesra perbedaan kita.dan alam raya gelap gulita....alamraya tak dapat menerima penyatuan dari perbedaan (sambil pergi meninggalkan dewa keluar)
Dewa   :  (menduding ke atas) tak ada senyuman yang cerah dariku whai alam semesta...dan tak akan aku cerah tiap hari...hanya di hari pertengahan aku kan bersenyum...sbab disanalah dapat ku tatap cintaku meski sekedar menatap (pergi sambil membuang muka dari penonton)

ADEGAN 1 adegan gejolak antara rasa, akal, dan raga yang memperdebatkan perbedaan...akal tetap dengan sombongnya, rasa tetap dengan tulusnya, dan raga tetap dengan bijaknya
Instrument 2 (Asmaul Natal)
Bergejolak tanpa berhenti....
Tritunggal tanpa kemunafikan...
Tanpa topeng ataupun kebohongan..
Kejujuran ketiga sosok yang sebenarnya satu...
Memberikan gejolak atas manusia..
Ialah akal dengan kesombongannya....
Ialah rasa dengan ketulusannya...
Dan ialah raga dengan kebijaksanaannya...
Dialog 1(instrument swara suling dialog percakapan tritunggal 1)
Akal : masihkah kalian berdua bersikukuh tak mengikuti apa kata logika??? Ketahuilah saudara-saudaraku bahwa logika adalah kekuasaan bagi keputusan manusia..segala tafsir dan segala sangkaan berasal dari logika
Rasa :   Masihkah pula kalian berdua tak mengikuti kata hati?..bahwa setiap pertimbangan keputusan adalah melalui nilai-nilai, dimana nilai sosial dan perasaan adalah keharusan dalam setiap ucapan manusia
Raga :Kalian berdua lupa kalian berdua adalah sekedar konsep tanpa teknis dari wadah dan tubuh, sebab segala logika dan kata hati tetaplah omong kosong tanpa gerak dari diamku, ingatlah diam dan tak melakukan apa-apa adalah dua hal yang jauh berbeda
Rasa :(tersenyum cela) wahai raga yang bijaksana, tiada mungkin engkau dapat berbijaksana tanpa mengikuti kata hati, meski tanpa sadar engkau telah melakukannya
Akal :(tertawa keras) hahaha hei engkau raga....tanpa logika engkau tak mampu melakukan apapun..bahkan pilihan diam dan tak melakukan apa-apa adalah keputusan, dan keputusan adalah hasil dari logika,
Raga :biarlah apa yang digariskan menjadi dan terjadi sedangkan apa yang telah terlewati akan menjadi sejarah dan yang akan terjadi biarlah akan menjadi cita-cita, cukup berteduh diantara kearifan dan pertemuan antara kalian berdua wahai akal dan rasa, bagaimanapun kalian ada di dalam manusia
Adegan Manusia (Duh Gusti)manusia berteatrikal tanpa arah...kebingungan...melepas segala gundahnya...tanpa bicara, tanpa melihat, tanpa mendengar, tanpa membau, seolah kelima indra telah jauh menenggelamkannya dalam kebisingan tanpa kemufakatan
Narasi :
Kelima indra tlah menjauh dari kodratnya
Mata tak lagi menatap kebenaran
Telinga tak lagi memasak perkataan
Hidung tak lagi menghirup udara bersih
Kulit tak lagi merabakeindahan seni
Dan lidah tak lagi mengucap kejujuran
Jabang sungsang telah terlahir dari sangkaan
Javanesia telah muncul dari dilema
Dilema adat dan undang-undang
Kini kembali bergejolak dalam diri
Kisah cinta yang tak dirindukan
Kemelekatan tafsir terbatas yang mutlak
Entah setahu apa mereka mendalami
Cinta membunuh segala kehidupan
Dimana cinta yang indah dan mesra
Terubah oleh logika-logika kasar
Menghitam-putihkan keadaan
Terlampau iblis dan malekat berbalik lirih
Tak selamanya hitam kan tetap gelap
Tak selamanya putih kan tetap terang
Dimana cinta yang sesungguhnya cinta
Mata hati tertutup kecemburuan
Tak lagi terikat oleh pita kesucian
Terkunci oleh segala kefanaan
Hindarkan segala fatamorgana kejamakan
Bahwa keesaan tak dapat dipisahkan
Entah apa sebutan ataupun julukan sosok semunya
Tetapkan perputarannya yang tak pasti syarat
Dan tak ada kebenaran yang mutlak
Dialog 3 (instrument swara suling dialog percakapan tritunggal 2)
Akal :perbedaan kami adalah mutlak...tak akan ada abu-abu diantara kami..
Rasa :persamaan dari kami adalah kosong...tak ada pertemuan yang menyatukan kami..
Akal :(marah)sbab manusia adalah hasil sampah kami, bukan proses kami...
Raga :Apapun yang kalian berdua rasakan dan logika..segalanya berawal dari pengalaman dari sang manusia...tentang apa yang ia belai, tentang apa yang ia dengar, tentang apa yang ia lihat, tentang apa yang ia hirup, dan tentang apa yang ia kecap.....
Akal : ia tak akan dapat berfikir tanpa adanya diriku...termasuk menyalahkan sesamanya...
Rasa : ia tak akan dapat merasa tanpa adanya diriku....termasuk mencintai sesamanya...
Raga :Ketidakseimbangan rasa dan akal menimbulkan dilema bagi manusia, jangan murka akan logika dan rasamu, kelahiran tresnophobia membuat akal dan rasa menuju kesunyian serta melepas ikatan akal dan rasa dalam kehidupannya, keterbatasan logika membuatnya membenci dan keterbatasan kata hati membuatnya ingin memiliki, mustahil membenci yang ia cinta ataupun memiliki yang ia benci....keselarasanlah yang memberikan kebahagiaan ingatlah sumpahmu.
Akal: Jancok...tahu apa engkau tentang logika???(menggertak)
Rasa: tahu apa engkau tentang rasa?? (menangis)
Raga: tak perlu api ataupun air untuk kebahagiaan, rasa yang terlalu melahirkan air mata, logika yang terlalu akan melahirkan api amarah, cukuplah angin segar tanpa tangisan dan amarah hingga lahirlah cinta yang sesungguhnya cinta, bukan sekedar kata cinta
Instrument 4(lir-ilir)Hadirnya iblis dan malaekat di tengah-tengah gejolak rasa, akal dan raga dalam diri manusia. Iblis yang konsisten dengan prinsip doktrin pengaruhnya, dan malekat yang berproses mengikuti kata kebenaran. Dualis hitam-putih yang begitu kontras akan kemufakatan.
Dialog 4 iblis dan malekat
Iblis      : hey asu....cukup sudah kalian bertiga, wahai anakku...akal...... jangan kau sombongkan dirimu karena akulah Iblis yang menjelma menjadi engkau...Jancok...sok pintar engkau menghakimi wadahmu
Malekat :          Engkaupun demikian anakku rasa...tak perlu engkau merintih sebab akulah yang membisik kata melalui hati untuk berasa...sadarilah bahwa engkau bukan keputusan sebab engkaulah penasehat
Iblis       : Kalian berdua hanyalah sosok maya yang sebenarnya satu dalam keputusan, dan karena sumpah serapahkulah kalian terpecah! Sebab akal adalah kuasaku yang mutlak, dan engkau rasa yang cengeng adalah bisikan dari malekat, dan engkau raga...engkau adalah wadah sempurna yang kosong dan diam...aku mulai suka akan dirimu
Malekat: cukupkan sumpahmu wahai iblis, karenamulah manusia memutlakkan keputusan dan tafsirnya..
Iblis     :  hahahaha...jangan sekedar berkaca, namun bercerminlah...tanpa ada bisikanmu hey malekat, tak ada rasa ketakutan, cemburu, dan juga iri dengki.hahahaha...sekarang siapa yang mendasari pergolakan ini jika bukan engkau?? Ha??? Karena aku hanya berpegang pada prinsip dan sumpahku
Malekat: Aku bisikkan perasaan hanya karena ketakutanku akan keakuanmu yang tinggi, dan kemutlakkanmu yang tak terhenti.
Iblis     :  Sudah jelas bahwa engkaulah sumber gejolak tritunggal, engkaulah dogma-dogma itu, sebab aku bukanlah pengaruh namun sebuah ketetapan, namun karena ketakutanmu engkau membentengi dengan bisikan-bisikan kontras yang memberi ambiguitas semu bagi mereka,
Malekat :          Sang Hyang Esa memberikan titah kepadaku untuk membentengi dan membisik kepada rasa hingga ia tak tergoyahkan oleh logika mutlak akal, sebab tak ada kebenaran atau kesalahan yang mutlak, segalanya berputar dan berotasi
Iblis       :          Hahaha, Asu....Engkau masih terlalu cengeng untuk mengakui, bahwa perputaran adalah ketetapan..meski atas akan berpindah kesamping dan kebawah namun akhirnya akan kembali keatas...bukankah itu adalah kemutlakan yang dipermainkan sementara??Sudahlah simpan ego topengmu untuk membisikkan kepada rasa untuk mempengaruhi ketetapanku.....
Malekat :          Aku tak mampu menentang penguasaku,titah Sang Hyang Esa adalah kemutlakan bagiku, tak ada sedikitpun keraguan akan kebenaran yang penguasaku titahkan padaku, meski sadarku bahwa akulah pengaruh yang membisik semu untuk membenteng logika tafsir manusia, namun itulah sumpahku kepada penguasaku
Iblis      : hahahaha akhirnya engkau berbalik dari sumpahmu yang suci... dan di pergejolakan ini carilah jalan sepakat, engkau malekat dampingi mereka memutuskan....jalan mana yang akan mereka putuskan...asal ada kesepakatan pasti ada jalan, dan disetiap jalan pasti ada tikungan dan persimpangan....berhati-hatilah sebab rasa membunuh akal dan akal membunuh rasa jika tak ada kata sepakat.....dan aku iblis tetap akan menjadi ketetapan dan kemutlakan....ingatlah sumpahku....ingatlah sumpahserapahku...hahahahaha(sambil keluar panggung)      
Narasi: instrument mirah ingsung(adegan manusia membuang kekecewaan diikuti dengan bersatunya kembali tritunggal dalam satu keselarasan manusia)
Tak selamanya hitam akan menjadi gelap
Tak selamanya putih akan tetap terang
Ingatlah terang tanpa gelap maka kesilauan yang tercipta
Dan ketika gelap tanpa terang maka terlahir jelaga
Wahai raga, engkau adalah sosok bijaksana yang mewadahi kedua saudaramu
Wahai akal, engkau adalah sosok logika yang menganut kepastian pemikiran
Wahai rasa, engkau adalah sosok kata hati yang berproses terhadap keadaan
Saling bersandar dan selaraslah... maka tak akan terjadi pergolakan diantara kalian
Kalian saling melengkapi dan saling mengisi....
Dan ingatlah engkau masing-masing adalah kosong kala sendiri...
Terlalu gelap bila akal tanpa rasa....
Terlalu terang bila rasa tanpa akal.....
Ingatlah keseimbangan yang menjadi inti perbedaan
Tak perlu bersikeras menjadi yang pertama..
Sebab arahmu fana kala saudaramu sirna....
Dan tanpa wadah berupa raga...
Akal dan rasa hanyalah sekedar sangkaan...
Begitu sebaliknya....
Tanpa akal dan rasa maka raga hanyalah jasad mati tanpa sukma
Selaraslah....
Angkat tinggi nilai keseimbangan kehidupan...
Tanggalkan rasa cemburu dan dengkimu
Tanggalkan pikiran tafsir mutlak tentang kebenaranmu
Janganlah sampai Tresnophobia terlahir sebagai jabang sempurna
Sebab jabang yang terlahir oleh kalian adalah sungsang
sungsang yang setia terhadap proses dan perputaran
tegakkan manusia itu...
biarkan ia menjadi manusia yang sebenarnya manusia
bukan sekedar berwujud manusia
biarkan cintanya yang sebenarnya cinta
bukan sekedar kata cinta dan rayuan maya
menjadi kerinduan akan cintanya yang mesra
jangan kau bunuh aku dengan tafsir terbatasmu
jangan kau hakimi aku dengan perasaan sesaatmu
berproseslah wahai manusia...
Ending: Monolog Manusia
            Aku berdiri ditanah kelahiranku
            Menetap dalam kepastian
            Cinta yang sebenarnya cinta
            Bukan munafik untuk tak memiliki
            Namun mencintai meski tak dicintai
            Kerinduan yang sebenarnya rindu
            Merindu meski bukan tak bertemu
            Dan cinta adalah keindahan
            Bagai menatap senja yang indah
            Merindunya ketika datang waktunya
            Meski bukan memilikinya
            Sebab memiliki menumbuhkan ego
            Kecemburuan dan kedengkian
            Dari menafsir sekedar pandangan terbatas
            Juga merasa dari sekedar suara terikat
            Begitu pula tentang Ketuhanan yang Esa
            Kepemilikan Tuhanlah yang membuatmu fana
            Sebab Tuhan bukan milikmu seorang
            Biarlah kau cintai Tuhan tanpa ego yang fana
            Cintalah tak sekedar kata cinta
            Rindulah tak sekedar kata rindu.
           


Komentar

Postingan Populer