Antara Hitam dan putih
Dalam kehidupan manusia tak ada yang lepas dari dualis pemikiran manusia, gejolak antara kata hati dan kata pikiranpun seringkali menghiasi perjalanan manusia.Hitam yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu yang negative, sedangkan putih dimaksudkan sebagai sesuatu yang positif.
Banyak hal manusiawi yang kadang membuat manusia menjadi dibingungkan oleh pikirangnya sendiri, serba salah, bagai memakan buah simalakama,dsb
Terdapat tiga hal yang sangat mempengaruhi kesimpulan, pilihan atau keputusan Ego terhadap suatu hal yaitu Pikiran, Hati dan Nafsu. Ketiga entitas tersebut memiliki tempat dan cara kerja yang berbeda dengan fungsi yang sama.
Pikiran ada di otak, secara biologis bekerja dengan cara mengolah informasi yang diperoleh melalui getaran-getaran “listrik” yang diterima oleh panca indera yaitu mata, lidah, hidung, telinga dan kulit, kemudian menyesuaikan atau membanding-bandingkannya dengan memori informasi yang telah ada di otak itu sendiri.
Hati ada di dada, tidak memiliki wujud biologis yang tegas, apakah di hati atau di jantung, yang pasti kita menyadari bahwa ianya ada di dalam dada. Cara kerjanya dengan merasakan.
Nafsu ada di dada ?.Cara kerjanya memberikan, menunjukkan hal-hal yang menyenangkan atau memuaskan Ego.
Ketiganya memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk melayani Ego, dengan cara memberikan solusi, baik solusi murni dari Pikiran, murni dari Hati, murni dari Nafsu atau solusi kombinasi dari Pikiran dan Hati, Pikiran dan Nafsu, Hati dan Nafsu, atau hasil kerjasama dari ketiganya.
Yang pasti, Egolah yang menentukan kesimpulan, pilihan atau keputusan yang akan digunakan.
Di tulisan ini yang saya maksud dengan Ego adalah diri kita sejati atau Ruh, bukan ego dalam pengertian ranah psikoanalisis ala Freud.
Ampuun ampun ampun dehh… memikirkan diri sendiri saja sudah serumit ini, konon lagi memikirkan Tuhan?
Sebagai seorang manusia, tentunya kita tak akan pernah lepas dari yang namanya masalah. Dikala kita sedang bergelut dengan aktivitas sehari-hari, atau disaat kita hanya berpikir dari satu arah saja.Yang kita lihat hanyalah sebuah masalah yang semakin lama kita memandangnya, maka masalah itu bagaikan bola salju yang terus membesar dan semakin bertambah.
Begitulah yang terjadi jika kita memandang suatu masalah hanya dari satu sudut pandang.Yang terlintas dipikiran kita hanya itu-itu saja, suatu hal yang justru semakin membebani diri kita.Tanpa sadar kita juga telah mempersempit kemampuan otak kita dalam berpikir dan menyelesaikan masalah. Karena kita telah dikaruniai Tuhan sebuah maha karya yang hanya dimiliki oleh seorang manusia yaitu otak (baca : akal pikiran). Dan tahukah anda, bahwa otak kita memiliki 200 milyar sel, otak kita juga mampu menyimpan informasi atau memori sekitar 100 milyar bit informasi, pikiran kita mengalir dengan kecepatan 540 km/jam, otak kita juga mempunyai 100 trilyun koneksi / sambungan dan kita rata-rata melakukan 4000 ribu pemikiran seriap hari. Otak kita terus aktif dan bekerja, tak pernah istirahat.Bahkan sekalipun anda tertidur nyenyak, jutaan sel otak anda terus aktif dan bekerja, mengirim dan menerima informasi mengenai posisi badan dan suhu tubuh anda saat tidur.Yang jelas otak kita jauh lebih hebat dari yang kita duga.
Inilah salah satu karunia Allah yang wajib kita syukuri. Allah menganugerahkan otak hanya kepada manusia untuk membantu tugasnya sebagai khalifah di muka bumi untuk memakmurkannya. Melihat kenyataan bahwa kita telah dikaruniai Tuhan sebuah otak yang luar biasa.Kita jadi bertanya, mengapakah kita tidak lebih baik dalam memandang, dalam menyelesaikan suatu masalah.Tapi, akhir-akhir ini banyak kita jumpai orang yang pintar, cerdas.Tetapi menggunakan kepintarannya itu untuk hal-hal yang tidak baik, hanya untuk kepentingannya sendiri dan tanpa dilandasi oleh norma-norma yang dibenarkan. Atau dalam istilah yang popular,“pinter tapi gak bener, bener tp gk pener”. Mengapa hal ini bisa teradi?
Berbicara tentang masalah. Apabila kita berkontemplasi lebih dalam lagi, kita akan mengetahui bahwa sesungguhnya masalah hanyalah bagian dari hidup ini. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita akan berkeluh saja, terus berpikir negatif. Ataukah kita akan memberikan sikap dan respon yang positif terhadap berbagai hal yang kita hadapi.
“berpikir melingkar”, yang artinya kita harus melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang sehingga kita akan menjadi lebih arif dan bijaksana dalam menyikapai suatu masalah. Disamping itu perlunya kita mendengar suara hati kita, karena disanalah berbagai kebijaksanaan dan kearifan berada, tetapi yang perlu kita ketahui suara hati haruslah timbul dari hati yang bersih, karena hati yang kotor akan menimbulkan bisikan-bisikan suara hati yang menyesatkan.
Berawal dari hati yang bersih dan suci akan berimplikasi pada pikiran yang positif dan cerdas yang selanjutnya akan melahirkan bisikan-bisikan suara hati yang membimbing dan memberi petunjuk kepada kita. Berbeda halnya bila hati kita kotor dan keruh, itu akan sangat berpengaruh terhadap otak kita, yang implikasinya adalah pikiran negatif dan suara-suara hati yang menyesatkan, yang bukan hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi juga akan merugikan orang-orang disekitarnya. Inilah jawaban dari pertanyaan diatas, Mengapa sekarang ini banyak orang yang pinter tapi gak bener, karena mereka tidak mengawali kecerdasan otaknya dengan hati yang bersih. Dan inilah makna dari sabda Rasulullah,“ Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya. Ingatlah ia adalah HATI (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman,”Aku menurut persangkaan hamba-Ku”.Hal ini mengindikasikan bahwa kita harus selalu menjaga pikiran dan prasangka-prasangka kita setiap hari. Jika pikiran anda baik dan positif, maka anda akan beroleh hal-hal yang baik juga, begitu pula sebaliknya bila pikiran anda dipenuhi prasangka dan hal-hal yang negatif, maka hal-hal buruk akan menimpa hidup anda sesuai dengan pikiran anda.
Dalam hal ini kita menjadi bertanya-tanya, mengapa pikiran kita sangat mempengaruhi hidup kita.Sesuai yang Allah nyatakan dalam hadits qudsi diatas. Pikiran kita akan menjadi sebuah doa, yang mana Allah akan mengabulkan sesuai dengan persangkaan-persangkaan kita, entah itu baik atau buruk bisa menjadi kenyataan.
Dalam bukunya, Stephen R.Covey mengatakan,”Taburlah pikiran, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib. Itu berarti pikiran kita akan menjadi karakter yang nantinya akan menjadi nasib kita. Ingatlah bahwa karakter terbentuk dalam momen-momen kecil dari kehidupan kita, jadi lakukanlah yang terbaik dalam setiap detik yang kita lalui.Berusahalah untuk menjauhi pikiran dan prasangka-prasangka yang negatif, seperti pesimis, keluh kesah, marah, jengkel, putus asa dan sebagainya.
Jangan mengeluh, sebab mengeluh hanya mempersempit pikiran kita kepada kejelekan atau kekurangan saja. Bersyukurlah. Jangan padamkan api karena kecil, namun carilah cara untuk memperbesar api itu. Artinya jangan menyerah karena keterbatasan, tapi carilah cara mengatasi keterbatasan itu. Jangan menyerah karena ada masalah, tapi carilah cara mengatasi masalah tersebut. Jika resiko jauh lebih kecil dibanding potensinya, kenapa tidak memberanikan diri untuk mengambil resiko?Tingkatkan kepercayaan diri bahwa Anda bisa melakukan hal yang baru.Sekarang tidak bisa, insya Allah besok lusa menjadi bisa karena kita mau belajar.Camkan dalam diri bahwa selalu ada kebaikan dan hikmah dari setiap kejadian dan dari setiap orang. Ini akan membuka mata kita terhadap kebaikan, bahkan dari musuh sekali pun. Berpikir kritis itu bukan hanya mampu melihat kejelekan, tetapi juga mampu melihat kebaikan yang tidak terlihat oleh orang lain. Tingkatkan kemauan dan kemampuan belajar, percayalah Anda akan memiliki kemampuan yang lebih banyak. Jangan hanya memikirkan masalah dan kesulitan, coba pikirkan peluang dan solusi. Kesimpulan: Harapan Itu Masih Ada Harapan itu masih ada. Harapan hidup Anda menjadi lebih baik, harapan negeri ini menjadi maju, harapan kehidupan ekonomi yang lebih baik, harapan peningkatkan kualitas dan kemampuan diri dan berbagai harapan positif lainnya. Harapan itu masih ada selama kita may membuka mata, hati, dan pikiran kita.
Komentar
Posting Komentar